Komunitas Nulis Anonim adalah
organisasi kecil yang memfokuskan kegiatan pada tulis-menulis, bedah karya, dan
diskusi dalam jenis sastra cerita. Awal berkumpul, 19 Oktober 2016, terdiri dari empat orang. Dari nama, Komunitas Nulis Anonim (KNA) adalah nama awal yang cukup panjang terciptanya. Berawal dari para aliansi di dalamnya yang kesulitan mau menamai komunitas perkumpulan ini apa, jadi berlarut-larut hingga dua bulan komunitas itu berjalan. Tepatnya, pada hari Senin jam 08:30 WIB nama komunitas baru disepakati lewat grup media sosial Whatshapp KNA.
Awal berjalannya komunitas ini hanyalah sebuah perkumpulan kecil dari beberapa orang. Juga cerita yang panjang, karena penggagas sendiri orang baru dan juga baru berproses dalam dunia kepenulisan. Terdiri dari para penyuka sastra, terutama yang suka menulis cerita. Sebagai pemfokusan, komunitas nulis ini lebih fokus pada cerita pendek, atau kita kenal sebagai cerpen.
Filosofi Logo
KNA sendiri adalah singkatan dari
tiga kata, Komunitas, Nulis dan Anonim. Arti mendasarnya adalah komunitas tanpa
nama. Warna hijau KNA bermakna kehidupan, selalu tumbuh.
Sedang gambar buku terbuka yang
menyatu menjadi huruf K melambangkan keterbukaan dengan mengandalkan wawasan.
Pena emas yang menyatu dengan
huruf A melambangkan, bermula dari abjad pertamalah sesuatu yang berharga
berusaha menjadi abadi. Pena itu sendiri melambangkan keabadian kata yang
terjebak dan berbicara tanpa harus bersuara.
Kalimat Komunitas Nulis Anonim di
bawah KNA adalah nama komunitas, dengan ujung pena yang tertuju pada kata
Nulis, menyatakan bahwa seluruh yang ada dalam komunitas ini tak lepas dari hal
tulis-menulis.
Deskripsi Komunitas Nulis Anonim
Komunitas yang
didirikan oleh segelintir orang ini berfokus pada penulisan cerita pendek.
Berawal dari pertemuan para penggagas yang ternyata memiliki kesamaan hobi dan
kesukaan dalam menulis, maka berembuklah, walau menghabiskan banyak kesempatan
untuk mulai menggagas, kemudian timbul keberanian dari salah satu penggagas
untuk menjalankan perkumpulan kecil-kecilan tanpa nama. Sistem dalam komunitas
ini pun tidak begitu formal. Adalah kebebasan yang diterapkan, kebersamaan,
kepemilikan, dan kreativitas untuk terus mengabadikan nama.
Tidak ada
sesuatu yang mudah untuk memulai hal yang begitu remeh seperti halnya berkumpul
membahas karya. Seringkali para penggagas tak datang dalam pertemuan, yang
padahal sudah disepakati akan berkumpul pada hari kesekian dan jam kesekian.
Karena sistem kebebasan yang lebih menonjolkan kesadaran, maka terus
berjalanlah komunitas ini walau hanya segelintir orang saja. Lambat laun,
rutinitas terus terlaksana, yang pada saat itu ditetapkan pada hari rabu
selepas pulang kuliah, para peminat mulai bertambah. Komunitas yang digagas
oleh empat orang itu mulai ramai dengan tawa dan kehangatan perkumpulan, walau
pada awalnya pada bingung mau membahas apa, sedang mayoritas dari yang
berkumpul cukup awam masalah tulis menulis, apalagi tentang cerita pendek yang
kita kenal dengan nama cerpen. Setiap kali perkumpulan, satu orang yang ditunjuk
sebagai bengesepuh mengemukakan, mungkin untuk jangka pendek perkumpulan itu
tanpa nama saja dulu, untuk kemudian ketika sudah cukup usia dan bisa merangkak
barulah bisa diberi nama. Kebingungan masalah nama kemudian muncul, timbullah
gagasan dari para anggota agar perkumpulan itu segera diberi nama, dengan
alasan bingung mau mengatakan apa ketika seseorang bertanya sedang berkumpul
masalah apa. Berhari-hari tak menemukan nama yang cocok, komunitas itu tetap
berjalan tanpa nama, karena tanpa nama yang sering diucapkan, maka jadilah
istilah Anonim. Dengan sepakat, setelah melakukan diskusi kecil-kecilan masalah
nama di komunitas di suatu media sosial, salah satu penggagas yang diberi
petuah sebagai kepala perkumpulan melontarkan usulan baiknya perkumpulan itu
diberi nama tak bernama saja. Akhirnya, jadilah nama seperti yang tertera di
logo perkumpulan kecil ini, KNA (Komunitas Nulis Anonim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar