TB: Nurfinna Astriani
Malam itu aku berjalan menuju
rumah selepas kuliah. Ditemani heningnya malam dan semilir angin sepanjang
jalan. Gang-gang kecil yang sepi mulai kutelusuri. Kulihat jam di tangan, pukul
23.45 WIB, menandakan aku pulang larut malam.
Di bahu jalan, aku melihat
seorang lelaki berbaju putih, mengayuh sepeda seraya menengok ke kanan dan ke
kiri jalan. Satpam, itulah sebutan untuknya.
Kusapa dengan sepenggal kata,
"pak", dan senyum membara. Ternyata, sifat baik itu dibalas dengan
ocehan pedas dari mulutnya. Ia berkata, "Perempuan, berjilbab, larut malam
di jalanan? Kalau sudah selesai dinner
kenapa tidak diantar sampai rumah, Mbak? "
Jleeeb,
aku diam seakan satpam telah mengskakmat kebaikanku.
Kulanjutkan ayunan langkah kaki
dengan emosi. "Dasar manusia, mereka hanya berfikir baik pada dirinya,
pada orang lain hanya ada cacat dan keburukan saja," gerutuku.
"Mbak-mbak, sudah hampir
pagi tapi masih gelap, mau abang antar, tidak? Abang punya uang kok. Ha ha ha…,"
kata seorang pemuda yang sedang berkumpul di pelataran rumah seorang warga.
Lagi-lagi aku diam dan menunduk
bergegas dari mereka.
"Akhirnya sampai dengan
selamat dan aman," ucap syukurku.
Keesokan harinya aku dan ibu pergi ke pasar
untuk berbelanja, di tengah jalan aku bertemu dengan ibu-ibu yang terkenal suka
menggosip. Ia berkata, "Mbak Sodah (nama ibuku), apa mbak tidak marah
dengan kelakuan anak perempuan ibu yang berjilbab rapat tapi sering pulang
larut malam?"
Ibuku hanya menjawab, "Semalam
pulang kuliah, Bu."
"Kuliah apa kuliah?"
Celetuk ibu Maya.
Mendengar staitment tersebut, emosiku memuncak, dan aku angkat bicara, "Semalam
ada satpam yang berkata seperti ini, dan kumpulan pemuda yang merendahkanku,
tapi aku tetap diam. Karena aku tahu, mereka seorang lelaki. Mengapa perempuan
selalu dinilai negatif jika pulang larut malam? Apa karena perempuan mempunyai
buah dada dan bermulut dua? Apa hanya perempuan yang punya paha? Kepada anak
lelakimu yang mempunyai paha, kenapa tak kau tanya jika ia pulang larut malam? Bahkan
di pagi buta ia pulang, kalian diam dan tak berkata. Apa kehormatan hanya untuk
menindas kaum perempuan? Soal jilbab, perempuan yang berjilbab saja anda
gunjing dan direndahkan, bagaimana dengan perempuan berandrok pendek dengan
high hillsnya melangkah di larut malam? Apa yang terbesit di benak anda?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar