Kamis, 23 Februari 2017

Terkekang Patriarki

TB: Nurfinna Astriani

Malam itu aku berjalan menuju rumah selepas kuliah. Ditemani heningnya malam dan semilir angin sepanjang jalan. Gang-gang kecil yang sepi mulai kutelusuri. Kulihat jam di tangan, pukul 23.45 WIB, menandakan aku pulang larut malam.
Di bahu jalan, aku melihat seorang lelaki berbaju putih, mengayuh sepeda seraya menengok ke kanan dan ke kiri jalan. Satpam, itulah sebutan untuknya.
Kusapa dengan sepenggal kata, "pak", dan senyum membara. Ternyata, sifat baik itu dibalas dengan ocehan pedas dari mulutnya. Ia berkata, "Perempuan, berjilbab, larut malam di jalanan? Kalau sudah selesai dinner kenapa tidak diantar sampai rumah, Mbak? "
Jleeeb, aku diam seakan satpam telah mengskakmat kebaikanku.
Kulanjutkan ayunan langkah kaki dengan emosi. "Dasar manusia, mereka hanya berfikir baik pada dirinya, pada orang lain hanya ada cacat dan keburukan saja," gerutuku.
"Mbak-mbak, sudah hampir pagi tapi masih gelap, mau abang antar, tidak? Abang punya uang kok. Ha ha ha…," kata seorang pemuda yang sedang berkumpul di pelataran rumah seorang warga.
Lagi-lagi aku diam dan menunduk bergegas dari mereka.
"Akhirnya sampai dengan selamat dan aman," ucap syukurku.
 Keesokan harinya aku dan ibu pergi ke pasar untuk berbelanja, di tengah jalan aku bertemu dengan ibu-ibu yang terkenal suka menggosip. Ia berkata, "Mbak Sodah (nama ibuku), apa mbak tidak marah dengan kelakuan anak perempuan ibu yang berjilbab rapat tapi sering pulang larut malam?"
Ibuku hanya menjawab, "Semalam pulang kuliah, Bu."
"Kuliah apa kuliah?" Celetuk ibu Maya.

Mendengar staitment tersebut, emosiku memuncak, dan aku angkat bicara, "Semalam ada satpam yang berkata seperti ini, dan kumpulan pemuda yang merendahkanku, tapi aku tetap diam. Karena aku tahu, mereka seorang lelaki. Mengapa perempuan selalu dinilai negatif jika pulang larut malam? Apa karena perempuan mempunyai buah dada dan bermulut dua? Apa hanya perempuan yang punya paha? Kepada anak lelakimu yang mempunyai paha, kenapa tak kau tanya jika ia pulang larut malam? Bahkan di pagi buta ia pulang, kalian diam dan tak berkata. Apa kehormatan hanya untuk menindas kaum perempuan? Soal jilbab, perempuan yang berjilbab saja anda gunjing dan direndahkan, bagaimana dengan perempuan berandrok pendek dengan high hillsnya melangkah di larut malam? Apa yang terbesit di benak anda?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar